Monday, November 26, 2007

“Ayah Kok Pergi Terus sih….?”


Tiba-tiba saja aku dipusingkan dengan pertanyaan yang justru datangnya dari si kecil, anakku yang pertama yang usianya masih 3 (tiga) tahun. Aku merasa belum siap saja mendengar pertanyaan dari anakku sendiri yang masih sangat muda di usia mereka.


Dalam keseharian, aku adalah seorang guru yang kebetulan dipercaya menjadi wakil kepala sekolah. Setiap hari ke sekolah dari jam 07.00 pagi sampai jam 18.00 sore. Di pekerjaanku itu juga aku dipercaya sebagai dosen pada sebuah Sekolah Tinggi Teknologi yang kuliahnya di malam hari. Jadi dapat dibayangkan setiap harinya waktuku sangat terbatas untuk bersama keluarga. Untung rumah kami berada sangat dekat dengan lokasi tempatku bekerja, sehingga sering sekali aku mencuri-curi waktu ketika sedang off beberapa jam di kantor, aku segera ngacir pulang ke rumah hanya sekedar untuk bisa liat dan bermain dengan anak-anakku.


Seperti biasa, jam 18:00 aku sampai di rumah, biasanya aku buru-buru dan nggak sabar untuk menemui anak-anakku mendengarkan mereka cerita tentang hari yang mereka lalui tadi dan mendengarkan nyanyian-nyanyian baru si sulung hasil adopsi tayangan televisi saat ini yang kian menjamur. Sementara si bungsu berada manis di gendonganku dan asyik dengan kebiasaan baru, memasukkan jempolnya ke mulut sambil mengeluarkan kata-kata yang belum jelas seakan ikut-ikutan bercerita kepadaku tentang kejadian dan pengalaman yang mereka lalui sepanjang hari tadi.


Melihat mereka ceria, menyambut ayah dan bundanya pulang ke rumah, penat dan capekku seharian bekerja seakan-akan hilang sirna bagai gas yang menguap ke udara. Berganti dengan munculnya semangat baru dan gairah baru layaknya handphone yang baru di charge battery –nya.


Jam 18:45, sehabis sholat maghrib seperti biasa aku mempersiapkan diri untuk berangkat ke kampus mengisi kuliah bagi mahasiswa-mahasiswa pada jam 19:00. Ketika aku sedang asyik menyisir rambutku, tiba-tiba saja Mbak Lika ( anakkua yang sulung ) berlari dengan ringan ke arahku di kamar dan spontan bertanya…”Ayah sudah rapi, memangnya mau kemana lagi?” Akupun menjawab dengan santai “Ayah mau ke kampus, nak !”


Terus dia bicara lagi sambil ikut bercermin…”Ayah kok pergi-pergi terus sih…kapan waktunya buat mbak Lika ?” Seketika aku tersentak dan segera menghentikan aktifitasku. Aku heran dan bingung ! Di tengah kebingungan itu aku tatap dengan lembut dia, menggendong dan meletakkan dia dipangkuanku. Agak lama juga pada posisi itu aku terdiam, terus aku berusaha menjelaskan.


“Nak, ayah pergi-pergi itu karena ayah harus cari uang untuk sekolah mbak Ika dan dek Rana. Untuk beli susu, dan baju mbak ika dan dek rana. Jadi terpaksa deh main-mainnya dengan ayah sore ini kita hentikan dulu ya…besok pagi-pagi sebelum ayah ke sekolah kita jalan-jalan.” Ia hanya mengangguk-angguk entah karena mengerti atau karena bingung. Kucium kepalanya dengan lembut, tak sengaja air mataku mentes jatuh di rambutnya. Kubiarkan ia lari ke pangkuan bundanya dan bermain kembali, sementara aku masih di depan cermin, terdiam!

Wednesday, November 7, 2007

“Ayah…belikan Handphone dong….”



Pagi itu, hari minggu. Aku sedang asyik membaca-baca Koran melepas lelah dan menikmati liburan setelah begitu penatnya selama satu minggu menjalani hari sebagai guru, dosen dan seorang pelatih marching band. Biasanya, hari minggupun ada agenda latihan marching band, tetapi hari itu aku meliburkan diri dan ingin di rumah saja.


Dalam keasyikan membaca Koran pagi, tiba-tiba anakku yang pertama ”LAILIKA PRADIPANISA CITRA MAHESWARI” yang biasa kami panggil mbak Lika datang menghampiriku..Sambil menarik-narik lengan bajuku dengan gayanya yang manja, tiba-tiba dia berbicara “Ayah…belikan Handphone dong…..” Tadinya aku pikir ini hanya bercanda, tetapi tak lama kemudian, dia ulangi lagi sambil menaikkan nada bicaranya “Ayah…belikan mbak Lika Handphone dong….” Seketika aku terdiam, kaget..ternyata dia serius dan aku segera menghentikan membaca dan meletakkan Koran tadi di meja sambil menatap mata anakku itu. Aku heran dan bergumam dalam hati…kalau itu diucapkan oleh seorang anak SD kelas 1 atau 2 kayaknya wajar, karena mungkin sudah dibutuhkan untuk komunikasi dan koordinasi jemputan pulang sekolah atau les dengan bunda atau ayahnya. Tapi ini diucapkan oleh seorang anak usia 3 tahun.


Tadinya aku berfikir dia tidak serius, maka aku spontan memberikan handphone cdma-ku yang sudah rusak toh kalau sekedar untuk mainan tidak ada resiko takut rusak karena terbanting oleh anak-anak, tapi spontan juga ia bicara..”bukan…bukan yang ini Yah..Mbak Lika mau yang warna pink seperti bunda…” mimik wajahnya serius sekali menandakan ia berharap….Gawat!! anak balita sudah tahu handphone yang mahal….tapi aku semakin penasaran untuk menggali keseriusannya…”Memangnya minta handphone untuk apa, mbak ?”


Terus dia jawab ”Untuk nelpon bang Farel…!” Tadinya aku berfikir mungkin itu anak tetangga temannya bermain. Terus aku tanya ke bundanya…”Say, siapa itu bang Farel?” tanyaku penasaran.


“Memangnya kenapa?” tanya isteriku balik bertanya.


“Ini tiba-tiba mbak Lika pengen dibelikan handphone seperti bunda, katanya mau nelpon bang Farel..” jelasku lagi. Spontan isteriku tertawa….”Ayah…ayah….Bang Farel itu adalah tokoh dalam sinetron di SCTV “MY HEART”. Itukan film layar lebar yang dibuat menjadi sinetron…sekarang ia punya pacar khayalan…namanya bang Farel !”


Aku bingung….anak balitaku kini sudah menjadi korban sinetron yang semakin “menggila” ….Anakku sudah punya pacar virtual…”BANG FAREL! !!!”

Kirana...


Sebelum kelahiran anakku yang kedua, seperti biasa ritual kami dalam menyambut kedatangan sang bayi adalah mencari nama-nama yang bagus. Berbagai buku-buku nama dari mulai nama Jawa, Arab, Eropah dan lain-lain serta istilah-istilah bagus diborong untuk menentukan nama.


Seperti biasanya, aku pun ikut sibuk ! Tapi dasar memang Keken istriku yang paling tekun dan jagoan mencari nama-nama indah itu sehingga akhirnya kami memiliki berbagai alternative nama-nama baik laki ataupun perempuan sampai saatnya nanti tiba, apakah laki atau perempuan.


Entah mengapa, masa-masa ketika masa kelahiran semakin dekat, justru hatiku semakin gusar dan tidak tenang. Beda sekali rasanya ketika kami mempersiapkan anak pertama..Mungkin karena kali ini kelahiran anakku tidak bisa ditemani eyang-eyangnya dari Jawa seperti ketika anak pertamaku dulu. Kondisi tugasku saat ini di Medan yang membuat kami jauh dari orang tua di Batang ( Pekalongan ) dan Jogja. Sehingga semuanya kami lakukan berdua saja. Tidak ada orang-orang terdekat dan tercinta yang mensuport secara langsung dalam masa-masa kelahiran itu.


Hari itu, Jumat 1 Juni 2007 ! Di tempat yang sama dengan 3 tahun lalu, Klinik Sinar Husni. Aku masih ingat, waktu itu tanggal merah karena libur nasional ( Waisak ). Sama ketika menjalani masa persalinan dulu, kali ini akupun memberanikan diri untuk mendampingi Keken melahirkan. “Laailaha Ilallah…Allahu Akbar!” berkali kali aku ucapkan ke telinga isteriku sambil membantu mendorong perutnya agar bayi kami dapat keluar dari rahim bundanya…. Tepat jam 10:05 Wib, anakku yang kedua lahir. Subhanallah, walhamdulillah, walailahailallahu, Allahuakbar…Lahir seorang anak perempuan dengan berat 3000 gram dan panjang 50cm. Segera aku menggendong anakku tadi mengazankan di teling kanan, dan komad di teling kirinya..agar kalimat pertama yang dia dengarkan di dunia ini adalah syahadat dan memuji kebesaran dan keagungan Allah.


Bayi itu kami namakan KIRANA SHIRA AZZAKINAH WARANGGANI. Semoga menjadi anak yang sholehah sehat dan cerdas. Menjadi cahaya mata bagi siapapun yang memandangnya, limpahkanlah rezekinya dan mudahkanlah ia dalam menggapai cita-citanya. Amin Ya Rabbal Alamin…

Ramadhan Berlalu...Sedih atau Senang ?

Dua tahun terakhir ini...aku dan keluarga kembali merayakan Lebaran di Medan. Biasanya kami selalu ikut sibuk seperti budaya masyarakat lainnya..sibuk dengan aktifitas mudik lebaran. Tahun lalu...( 2006 ) kami tidak mudik karena Keken istriku baru saja mendapatkan anugerah dari Allah...dia hamil ! Alhamdulillah...ini merupakan yang kedua setelah 3 tahun lalu kami diamanahkan Allah seorang anak perempuan yang cantik Lailika namanya...Jadi masih sering mabuk dan terganggu kesehatannya...
Tahun ini, si kecil "Kirana" baru berusia 4 bulan.... jadi masih terlalu kecil untuk harus bertarung menghadapi persaingan mudik lebaran yang tidak pernah sepi....

Ada yang menggembirakan.....Lebaran kali ini, Keken mempersiapkannya dengan mencoba memasak ketupat dan opor ayam plus sambal goreng ati....he..he.. soalnya di Medan sangat susah mencari opor ayam yang enak...Akhirnya dengan menggunakan kiriman si Mami di Pekalongan, kami berjibaku....aku juga ikut bantuin ngulekin bumbu2....dan ahirnya...sukses !
Kami semua dapat menikmati ketupat opor ayam yang enak dan baru aku temukan selama aku di Medan.
Kami di medan baru 4 tahun, jadi tidak ada saudara....sehingga ketika semua kesibukan menyambut lebaran sudah selesai, silaturahmi ke teman, sahabat dan orang-orang terdekat, masih saja ada yang kurang....Tidak bersama orang tua di Pekalongan dan Jogja membuat Lebaran tahun ini terasa sepi di hati....
Semoga tahun depan bisa merasakan berlebaran bersama orang-orang tercinta di kampung halaman....semoga !